English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Wednesday, January 16, 2013

Gelar: Mabuknya Pendidikan

Ah, rasa-rasanya benar-benar muak hari ini. Setelah membaca sebuah iklan tempel di kaca angkot.
Anda ingin apa?
S1....Cukup membayar 7.5 jutaan..
S2 (Magister)....Cukup membayar 17 jutaan..
S3 (Doktor)....Cukup keluarkan saja uang 26 jutaan.. Dari universitas ternama lokal maupun luar.

Saya jadi berpikir, apakah sebegitu murahnya gelar? Bagaimana dengan siswa-siswi miskin yang ditertawakan teman-temannya karena bajunya terlihat lusuh?
Bagaimana dengan cita-cita negara yang ingin mencerdaskan kehidupan bangsa?
Bagaimana dengan visi dan misi pendidikan di Indonesia? Mau dibawa kemana pendidikan negara kita? Apakah pendidikan sudah menjadi barang dagangan yang nantinya menghasilkan outputan berupa selembar sertifikat dan ijazah bukannya keahlian dan daya analitis? Dan apakah pendidikan hanya menjadi milik dan hak orang kaya saja? Apakah memang orang miskin dilarang cerdas?

Miris. Sedih. Kecewa.

Di lain sisi. Ada yang bahkan ingin kuliah saja merupakan sebuah impian besar keluarga. Ada yang hanya ingin kuliah saja, harus menabung dari sejak SLTA. Ada yang hanya ingin kuliah saja, rela mati-matian jualan apa saja asal halal. Ada yang ingin kuliah saja harus mati-matian menjual harta benda. Bagaimana, bagaimana dengan mereka?

Sakit rasanya.

Inilah potret buram masyarakat Indonesia yang memuja gelar melampaui batas. Dengan titel, seakan-akan masa depan lebih mudah. Padahal, nasib ditentukan oleh kerja keras...

Tak heran, jika kasus wakil rakyat yang melakukan jual beli gelar agar kelihatan mentereng menyeruak di mana-mana. Dan dengan kepala kosong, mereka mencoba mengkonsepsikan pemerintahan Indonesia. Apa yang terjadi? Undang-undang sekedar lobi-lobi politik dimana semuanya UUD (ujung-ujungnya duit). Tidakkah kita semua miris lihat kenyataan ini?

Lalu apa gunanya gelar kalau ternyata hanya kedok belaka?

0 comment(s):

Post a Comment