English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Wednesday, February 13, 2013

Valentine's Day: Sebuah Kecelakaan Budaya

Hemm..

Bisa jadi, tanggal 14 Februari setiap tahunnya adalah hari yang paling ditunggu-tunggu oleh banyak remaja, baik di negeri ini maupun di belahan bumi lain. Katanya, atau apalah namanya. Hari itu sebagai hari untuk mengungkapkan kasih sayang. Bla. Bla. Bla. Valentine Day ini, 'konon' adalah momen berbagi, mencurahkan segenap kasih sayang kepada "pasangan"-nya masing-masing dengan memberi hadiah berupa coklat, permen, mawar, dan lainnya. Caileeh.

Itu baru yang biasa. Ada lagi. Yang luar biasa. Berdua-duaan, dan selanjutnya nista dalam perangkap zina yang lebih besar. Na'uzubillah.

Tetapi, ada satu pertanyaan yang ingin saya tanyakan kepada para pengusung yang tetap saja membenarkan dan melakukan pembelaan terhadap perayaan Valentine ini;

Benarkah ia hanya terbatas pada kasih sayang belaka?

Adalah fakta bahwa setiap melalui malam valentine selalu dilakukan dengan maksiat. Tak usah saya sebut, Anda tahu sendiri apa saja kemaksiatannya.

"Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti prasangka belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah)."
(QS. Al-An'am: 116)

Kasihan jika saya katakan. Menyedihkan. Budaya 'latah'. Taqlid buta. Ikut-ikutan. Ketidaktahuan sejarah.

Asal sejarah yang tidak jelas;

Banyak sekali versi mengenai asal-muasal perayaan valentine ini. Sehingga terjadinya simpang-siur sejarah yang tidak jelas. Ada yang mengatakan perayaan ini berasal dari ritual pagan bangsa romawi kuno, perayaan ini merupakan ungkapan -dalam agama paganis Romawi- kecintaan terhadap sesembahan mereka. Ada pula yang mengaitkan sejarah ini dengan St. Valentine, seorang agamawan Nashrani. St. Valentine dibunuh karena pertentangannya dengan penguasa Romawi pada waktu itu, Raja Claudius II (268 - 270 M). Dimana pada waktu itu, Raja Claudius melarang para tentara dan pemuka agama untuk menikah. Untuk mengenang dia (St. Valentine), yang dianggap sebagai simbol ketabahan, keberanian dan kepasrahan dalam menghadapi hidup, maka para pengikutnya memperingati kematian St. Valentine sebagai 'upacara keagamaan'.

Tetapi sejak abad 16 M, 'upacara keagamaan' tersebut mulai beransur-ansur hilang dan berubah menjadi 'perayaan bukan keagamaan'. Hari Valentine kemudian dihubungkan dengan pesta jamuan kasih sayang bangsa Romawi kuno yang disebut "Supercalis" yang jatuh pada tanggal 15 Februari. Setelah orang-orang Romawi itu masuk agama Nasrani, ritual 'supercalis' kemudian dikaitkan dengan upacara kematian St. Valentine. Penerimaan upacara kematian St. Valentine sebagai 'hari kasih sayang' juga dikaitkan dengan kepercayaan orang Eropa bahwa waktu 'kasih sayang' itu mulai bersemi 'bagai burung jantan dan betina' pada tanggal 14 Februari.

Ya ya. Cukup. Terlalu panjang jika saya jelaskan lebih jauh lagi. Anda bisa mencarinya sendiri di internet.

"Dan janganlah kamu megikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggung jawabannya."
(QS. Al-Israa': 36)


Paling tidak ada 4 hal yang perlu saya tekankan di sini;

Pertama, sumber dasar dalam merayakan ritual ini. pada awalnya berasal dari aqidah kaum pagan (penyembah berhala), supercalis, namun seiring berjalannya waktu, hal ini berubah menjadi upacara keagamaan dan dikait-kaitkan dengan St. Valentine. Dan lebih jauh lagi, makna sekarang sudah sangat berbeda, dalam perayaannya (maksiat).

Kedua, kita seolah lupa dengan sabda Rasulullah, "Tidak berman salah seorang di antara kamu, sebelum ia mencintai saudaranya seperti kecintaannya kepada dirinya sendiri." See? Islam sendiri sangat menjunjung tinggi rasa kasih sayang. Tidak pernah ada larangan dalam mengungkap kasih sayang, tetapi jika caranya saja sudah salah, bagaimana nantinya. Kasih sayang bukanlah semenit atau dua menit. Dan mengapapula kita harus bekiblat pada Valentine?

Ketiga, idealisme perayaan ini. Valentine jelas-jelas bukan bersumber dari Islam, melainkan bersumber dari rekaan pikiran manusia yang minimalis yang diteruskan oleh pihak gereja.

Keempat, segi pelaksanaannya. Valentine, pada umumnya diadakan dengan acara hura-hura, pesta pora, dan hal-hal yang lebih menjjorok kepada perbuatan zina. Na'uzubillah.

Sudahlah. Tidak perlu! Bukankah Allah itu sendiri ar-Rahman dan ar-Rohim, Maha Pengasih dan Maha Penyayang?

Lihatlah mereka. Barat. Kehancuran mereka sudah di depan mata. Gaya hidup hedonis dan materialis telah menjadikan mereka vampir yang selalu haus menghisap darah ideologi kita, Islam. Hati mereka kosong, mereka tak lebih dari sebuah 'robot' yang bernyawa.

Selanjutnya, pertanyaan yang kini muncul adalah;

Islam itu Indah, Adakah diri kita seindah Islam?

Tentukan sikap.

Allahu a'lam.

#Free Tag and Share. Share and save more :)