English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Wednesday, August 28, 2013

Dagelan ala Demokrasi

Ketika demokrasi hanya alat transaksi,
Ketika politik tak lebih dari barang dagangan,
Dan, ketika rakyat hanya menjadi pangsa pasar jajanan politik,

Ketika itu pulalah,
Demokrasi menjadi tak bertaji,
Demokrasi kehilangan jatidirinya, dan akhirnya...
Ia kan tenggelam dalam lautan prasejarah...

Pada akhirnya, demokrasi akan mengkhianati hati nurani,
Karena terlalu sering, DEMOKRASI sering TAK DEMOKRATIS.

?

Berdiri di ujung pantai dan berteriak sekerasnya memang sesaat melegakan. Tapi, mengapa kita melakukan hal ini, demi alasan yang sama berhari-hari ?

Lalu akhirnya, kenyataannya kita masih tetap bertahan, dan kembali melakukan pengulangan. Akrobatik Dialektika selamanya tak akan berguna pada insan berpikir. Lalu untuk apa? Kebingungan hanya untuk mereka yang tak bertujuan.

Kebenaran memang tidak untuk semua orang, ia hanya ada pada mereka yang mencarinya.

Monday, August 26, 2013

Hidup Mahasiswa!

Hidup Mahasiswa!
Hidup Mahasiswa!
Hidup Rakyat Indonesia!

Suara itu…
Hingga saat ini masih terngiang-ngiang di telinga. Suara yang mampu menggetarkan hati siapa saja yang merasa mahasiswa, suara yang mampu mendobrak imaji hingga bergetar ketika itu diteriakkan.

Ya, mulai hari ii saya adalah Mahasiswa. Jiwa-jiwa gagah pendobrak peradaban, jiwa-jiwa pemberani penghancur tirani, dan jiwa-jiwa pemimpi dalam tirai imaji.


Saksikanlah bahwa hari ini, jiwa-jiwa penghamba itu telah hancur luluh dan tenggelam di danau prasejarah. Saksikanlah bahwa pada hari ini jiwa-jiwa pembebek itu akan mati berkeping-keping hingga tak tersisa. Saksikanlah bahwa hari ini, mawar-mawar muda itu akan mulai mekar dan akan menggantikan kelopak-kelopak renta yang mulai tak mampu menahan beban peradaban.

Wednesday, February 13, 2013

Valentine's Day: Sebuah Kecelakaan Budaya

Hemm..

Bisa jadi, tanggal 14 Februari setiap tahunnya adalah hari yang paling ditunggu-tunggu oleh banyak remaja, baik di negeri ini maupun di belahan bumi lain. Katanya, atau apalah namanya. Hari itu sebagai hari untuk mengungkapkan kasih sayang. Bla. Bla. Bla. Valentine Day ini, 'konon' adalah momen berbagi, mencurahkan segenap kasih sayang kepada "pasangan"-nya masing-masing dengan memberi hadiah berupa coklat, permen, mawar, dan lainnya. Caileeh.

Itu baru yang biasa. Ada lagi. Yang luar biasa. Berdua-duaan, dan selanjutnya nista dalam perangkap zina yang lebih besar. Na'uzubillah.

Tetapi, ada satu pertanyaan yang ingin saya tanyakan kepada para pengusung yang tetap saja membenarkan dan melakukan pembelaan terhadap perayaan Valentine ini;

Benarkah ia hanya terbatas pada kasih sayang belaka?

Adalah fakta bahwa setiap melalui malam valentine selalu dilakukan dengan maksiat. Tak usah saya sebut, Anda tahu sendiri apa saja kemaksiatannya.

"Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti prasangka belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah)."
(QS. Al-An'am: 116)

Kasihan jika saya katakan. Menyedihkan. Budaya 'latah'. Taqlid buta. Ikut-ikutan. Ketidaktahuan sejarah.

Asal sejarah yang tidak jelas;

Banyak sekali versi mengenai asal-muasal perayaan valentine ini. Sehingga terjadinya simpang-siur sejarah yang tidak jelas. Ada yang mengatakan perayaan ini berasal dari ritual pagan bangsa romawi kuno, perayaan ini merupakan ungkapan -dalam agama paganis Romawi- kecintaan terhadap sesembahan mereka. Ada pula yang mengaitkan sejarah ini dengan St. Valentine, seorang agamawan Nashrani. St. Valentine dibunuh karena pertentangannya dengan penguasa Romawi pada waktu itu, Raja Claudius II (268 - 270 M). Dimana pada waktu itu, Raja Claudius melarang para tentara dan pemuka agama untuk menikah. Untuk mengenang dia (St. Valentine), yang dianggap sebagai simbol ketabahan, keberanian dan kepasrahan dalam menghadapi hidup, maka para pengikutnya memperingati kematian St. Valentine sebagai 'upacara keagamaan'.

Tetapi sejak abad 16 M, 'upacara keagamaan' tersebut mulai beransur-ansur hilang dan berubah menjadi 'perayaan bukan keagamaan'. Hari Valentine kemudian dihubungkan dengan pesta jamuan kasih sayang bangsa Romawi kuno yang disebut "Supercalis" yang jatuh pada tanggal 15 Februari. Setelah orang-orang Romawi itu masuk agama Nasrani, ritual 'supercalis' kemudian dikaitkan dengan upacara kematian St. Valentine. Penerimaan upacara kematian St. Valentine sebagai 'hari kasih sayang' juga dikaitkan dengan kepercayaan orang Eropa bahwa waktu 'kasih sayang' itu mulai bersemi 'bagai burung jantan dan betina' pada tanggal 14 Februari.

Ya ya. Cukup. Terlalu panjang jika saya jelaskan lebih jauh lagi. Anda bisa mencarinya sendiri di internet.

"Dan janganlah kamu megikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggung jawabannya."
(QS. Al-Israa': 36)


Paling tidak ada 4 hal yang perlu saya tekankan di sini;

Pertama, sumber dasar dalam merayakan ritual ini. pada awalnya berasal dari aqidah kaum pagan (penyembah berhala), supercalis, namun seiring berjalannya waktu, hal ini berubah menjadi upacara keagamaan dan dikait-kaitkan dengan St. Valentine. Dan lebih jauh lagi, makna sekarang sudah sangat berbeda, dalam perayaannya (maksiat).

Kedua, kita seolah lupa dengan sabda Rasulullah, "Tidak berman salah seorang di antara kamu, sebelum ia mencintai saudaranya seperti kecintaannya kepada dirinya sendiri." See? Islam sendiri sangat menjunjung tinggi rasa kasih sayang. Tidak pernah ada larangan dalam mengungkap kasih sayang, tetapi jika caranya saja sudah salah, bagaimana nantinya. Kasih sayang bukanlah semenit atau dua menit. Dan mengapapula kita harus bekiblat pada Valentine?

Ketiga, idealisme perayaan ini. Valentine jelas-jelas bukan bersumber dari Islam, melainkan bersumber dari rekaan pikiran manusia yang minimalis yang diteruskan oleh pihak gereja.

Keempat, segi pelaksanaannya. Valentine, pada umumnya diadakan dengan acara hura-hura, pesta pora, dan hal-hal yang lebih menjjorok kepada perbuatan zina. Na'uzubillah.

Sudahlah. Tidak perlu! Bukankah Allah itu sendiri ar-Rahman dan ar-Rohim, Maha Pengasih dan Maha Penyayang?

Lihatlah mereka. Barat. Kehancuran mereka sudah di depan mata. Gaya hidup hedonis dan materialis telah menjadikan mereka vampir yang selalu haus menghisap darah ideologi kita, Islam. Hati mereka kosong, mereka tak lebih dari sebuah 'robot' yang bernyawa.

Selanjutnya, pertanyaan yang kini muncul adalah;

Islam itu Indah, Adakah diri kita seindah Islam?

Tentukan sikap.

Allahu a'lam.

#Free Tag and Share. Share and save more :)

Wednesday, January 30, 2013

Realitas Semu: Penantian Akan Penghakiman

Realitas politik adalah bahwa dunia sedang berada dalam peperangan yang tak pernah berhenti sejak Qabil membunuh saudaranya sendiri, Habil. Ini adalah konsep sempurna yang dibuat Tuhan untuk menjelaskan bahwa dosa terbesar yang dilakukan umat manusia di muka bumi adalah saling membunuh.

Tengoklah Afrika, dimana kekerasan sipil di Aljazair tak pernah berhenti antara GIA, kelompok-kelompok jihad, dan yang lainnya. Di Mesir, perang sipil yang sama menentang rezim yang berkuasa saat itu berlangsung bertahun-tahun. Di Asia, Cina sebagai negara komunis terbesar di dunia memaksakan pengaruh dan tekanan pada Tibet dan Taiwan agar tidak berada pada jalur disharmoni dengan konsep-konsep komunisme mereka. Di perbatasan India-Pakistan, wilayah Kashmir bukanlah tempat yang nyaman untuk ditinggali. Di Eropa, kekerasan sektarian PIRA dan IRA di Irlandia telah membunuh ribuan keluarga tak berdosa. Di Irlandia Utara, Katolik dan Protestan nyaris tak pernah bersatu karena ideologi dipaksakan berbaur ke dalam wilayah politik. Di Amerika Latin, pertikaian lebih banyak disebabkan oleh masalah ekonomi. Perdagangan narkoba ternyata mampu menghidupi jutaan keluarga, hingga membuat usaha ini membangun komunitas dan paramiliter untuk mengawal pundi-pundi kerajaan bisnis mereka. Di Kolombia dan Meksiko, kekerasan dan perang karena perdagangan heroin merupakan kejahatan yang paling banyak membunuh warga mereka. Di Timur Tengah, suku kurdi dan PKK terus menerus meracau perbatasan Turki dan Irak, menimbulkan gejolak regional antara kedua negara. Di Irak ada masalah yang sama, namun akar perang di negeri itu adalah intervensi Amerika yang tidak dapat diterima akal sehat. Bukan semata karena masalah ekonomi, namun juga masalah teologi, satu hal yang disebut Bush sebagai Perang Salib II. Di Afganistan, persoalannya hanya berpindah tangan, penggerak invasi ke negeri itu diambil alih Amerika Serikat dari Uni Soviet. Dan yang paling memprihatinkan tentu saja adalah perang abadi antara Israel dan Palestina demi perebutan wilayah dan eksistensi antara tiga agama suci Islam, Kristen, dan Yahudi di tanah surga. Selain itu semua, Korea Utara, Iran, Suriah, Kuba dan Venezuela mengantri di barisan terdepan untuk memercikkan api.

Perang, perang, perang.... Tahukah Anda kalau ini semua tidak berlangsung secara kebetulan? Perang diciptakan oleh orang-orang yang disebut sebagai The Warlords, segelintir pemain senjata yang didukung kekuatan dana dari Pemilik Modal Internasional. Industri persenjataan adalah salah satu industri termahal di dunia. Mereka yang bermain di dalam industri ini memiliki kekayaan untuk membeli planet-planet. Karena itu, perang perlu direkayasa. Carilah bibit konflik, hasut satu kelompok, bisikkan api ke telinga kelompok lainnya, tanamkan doktrin ego kelompok dan ras, entitas kebanggaan sebagai suku atau bangsa, kepribadian kompleks, apapun namanya. Gunakan media untuk menyalurkan berbagai macam fitnah, lalu selundupkan senjata dan biarkan mereka saling bunuh. Selamat datang. Selamat datang di dunia belantara. Perang diperlukan, karena perang adalah uang.

Realitas alam dan lingkungan adalah kehancuran fisik bumi. Karena isu pemanasan global yang menjadi bahasan paling hangat sejak awal abad millenium ini. Film An Inconvenient Truth begitu menyesakkan dada ketika Al Gore memaparkan secara detil apa yang akan dihadapi bumi kecil ini dalam beberapa tahun ke depan. Ketika sebagian es Greenland dan Antartika mencair beberapa tahun kemudian, maka hampir seratus juta orang di Shanghai, Beijing, dan sekitarnya akan tenggelam. Kalkuta dan Bangladesh bagian timur, di mana enam puluh juta jiwa hidup dan bermukim di sana, akan kehilangan tempat tinggal. Belanda akan mengalami nasib yang sama dengan Atlantis, hilang dari peta dunia. Manhattan terapung tak berdaya, teluk San Fransisco menjadi kolam raksasa dan ratusan pulau di Indonesia lalu bersama angin.

Selain itu, ceruk ekologi tidak lagi mampu mengikuti perubahan ekosistem yang menyalahi aturan alam. Mengakibatkan pemusnahan hewan-hewan seribu kali lebih banyak daripada kepunahan secara alami. Bangunan-bangunan kaca seperti The Mosaic sengaja sengaja dibangun untuk merusak atmosfer di atas langit Amerika oleh kelompok-kelompok tertentu. Karena pada dasarnya kehancuran bumi ini memang dipercepat. Mengapa? Karena begitulah mereka menginginkannya.

Realitas kependudukan termasuk di dalam masalah lingkungan. Sepanjang kehidupan manusia, diperlukan waktu lebih dari tujuh ribu tahun untuk mencapai tingkat populasi enam milyar orang. Namun lihatlah, berapa banyak waktu yang dibutuhkan untuk membuat bumi kita disesaki separuh lagi dari jumlah populasi dunia saat ini? Sepuluh hingga lima belas tahun ke depan! Perkiraan demografis dan ramalan statistik menyebutkan bahwa pada tahun 2025 penduduk dunia akan mencapai angka sembilan milyar orang. Tujuh ribu tahun untuk mengumpulkan enam miliar mahluk-mahluk ini dan satu dekade ke depan lagi untuk tiga miliar bayi-bayi baru. Ada yang aneh dalam proses biologi kita.

Dari dulu hingga sekarang, masa kehamilan tetap sembilan bulan. Namun mengapa kaum perempuan seolah-olah menjadi pabrik manusia-manusia baru? Tekanan populasi meningkatkan permintaan pada makanan, air minum, kebutuhan-kebutuhan pokok, dan lain sebagainya. Dan bumi kita nyaris tak lagi dapat menahan beban itu. Ia telah memberikan segalanya, hutan, air, kebun, tanah, mineral.

Realitas ekonomi adalah kehancuran sistem moneter ribawiah yang dipelopori Amerika Serikat serta sebagian besar negara di dunia. Budaya kapitalisme hanya mampu bertahan dua abad, sebelum rontok sebagai daun yang berguguran. Karena publisitas kapitalisme dikuasai oleh segelintir investor pemilik modal yang bermain rapi di puncak gunung, mengusung demokrasi liberal dengan penuh tipu daya. Amerika Serikat telah mengendalikan ekonomi lebih dari dua pertiga penduduk dunia. IMF, WTO, Bank Dunia, dan segala macam badan keuangan yang dibentuk untuk memberikan bantuan kepada negara-negara berkembang dan dunia ketiga selama puluhan tahun tidak memberikan dampak apapun kepada kepentingan negara yang bersangkutan.Liberalisasi perdagangan diatur oleh undang-undang yang mengisap darah negara dengan sumber daya kaya, seperti minyak di Irak, emas di Afrika Selatan, kopi di Brazil, dan segala sumber daya di Indonesia. Hingga sampai pada batas dimana para vampir itu harus memaksakan keinginannya dalam pengelolaan hak ekonomi negara lain. Dan akhirnya perang pun dikobarkan dan siklus berputar.

Perang tentu saja menyulut anggaran yang besar. Dua perang dunia yang diciptakan dengan pola kejatuhan ekonomi menjadi saksi sejarah pembunuhan terbesar umat manusia. Ketika Amerika tidak bisa memenangkan perang melawan segelintir mujahid Irak saat itu, maka dampak terbesar kejatuhan bangsa itu dimulai dengan mengeroposnya anggaran dalam negeri. Sektor-sektor vital seperti kredit perumahan dan otomotif menjadi macet dan amburadul. Enron adalah sebuah perusahaan keuangan raksasa yang telah memberikan contoh bagaimana manajemen keuangan jatuh pada kehancuran yang teramat cepat ketika dikelola bersama resiko yang mereka sebut sebgai efek bubble.

Efek bubble hanyalah sebuah fantasi. Seratus persen ribawiah. Amerika adalah Enron besar yang saat ini berdiri sempoyongan menunggu badai yang lebih kencang sebelum tumbang dan menutup buku sejarah peradaban.

Jika Anda bisa meluangkan waktu sejenak untuk mengamati beberapa realitas yang saat inisedang terjadi dan sedang bergerak dengan cepat menuju titik klimaks, maka Anda akan memahami bahwa apa yang sedang dihadapi umat manusia sabuah pola yang didesain dengan begitu indah oleh Tuhan dan digerakkan oleh tangan-tangan manusia. Kita sedang mengisi kepingan terakhir dari puzzle peradaban, mencocokkan satu peristiwa dengan peristiwa yang lain, menghubungkan setiap kejadian, menata kerusakan kemudian menghancurkannya lagi, dan berpikir, 'Gambar apakah yang dibentuk oleh permainan ini ketika kepingan terakhir kita taruh di tempat terakhir?'

Setiap realitas merupakan peristiwa-peristiwa pendukung yang bergerak bersama-sama dengtan kerusakan itu sendiri menuju sebuah kehancuran yang sempurna. Pada akhirnya, realitas sesungguhnya harus dikembalikan kepada sebuah model yang disebut 'keyakinan'.

Agama adalah patok terakhir yang paling esensial dari keberadaan umat manusia di muka bumi. Baiklah, alam semesta akan marah, para politikus membuat kebijakan perang yang dianggap stimulus ekonomi, aktifis lingkungan yang meneriakkan protes yang tenggelam bersama limbah dan asap pabrik, entitas sosial tidak bertindak ketika pornografi menyerang rumah-rumah mereka melalui televisi, film dan internet, dan dikonsumsi oleh anak-anak mereka, para tentara diberi hak internasional untuk tidak dapat dihukum karena membunuh, para ekonom hanya mampu berteori sementara investasi tipuan membuat pemain kecil di sektor riil terdesak oleh gurita-gurita kapitalis dalam gerbong kereta yang hanya memberika piliha, 'ikut bersamaku atau kulempar keluar'. Maka, setiap peristiwa memiliki satu kepingan sendiri. Strukturnya dibuat sesuai dengan kepingan lain disebelahnya. Karena itu pula dapat ditaruh di tempat yang berdampingan dan saling melengkapi.

Bila kita kembali pada agama, maka sejarah tidak akan berarti banyak Karena sejarah ditulis oleh pemenang. Seringkali para pemenang merekayasa sejarah demi kepentingan anak cucu mereka di masa depan. Ingatlah, bahwa sejarah tidak abadi. Ia hanya rangkaian huruf yang bercerita bagaimana mahluk yang bernama manusia membangun sebuah peradaban yang indah dan kemudian menghancurkannya. Membangunnya lagi, lalu meruntuhkannya kembali. Begitu seterusnya dan membiarkan siklus berputar. Setelah tujuh ribu tahun, manusia modern tidak lebih pentar daripada homo sapiens purba. Kerusakan yang sama, pembunuhan yang sama, kekerasan yang sama. Yang berbeda hanya jumlah darah yang tertumpah membasahi bumi ini yang membuat bumi kita terus menangis.

Hakekatnya, semestinya hanya ada satu agama yang mewakili umat manusia di muka bumi ini. Agama yang sama yang dibawa Musa, Isa, Muhammad Shallallahu 'alaihi wa Sallam dan utusan Tuhan lainnya. Satu agama yang tidak menyembunyikan kebenaran dan menyebarkan dusta. Satu agama yang memberikan ketenangan dimana manusia bisa menyembah Tuhannya karena mensyukuri atas apa yang diberikan-Nya. Realitasnya, ada ratusan agama di muka bumi ini. Sebagian besar timbul karena pemahaman yang salah akan sejarah, dan selebihnya karena budaya pengkultusan benda-benda alam atau budaya kebodohan.

Tibalah saatnya nanti, ketika semua manusia dikumpulkan dihadapan-Nya. Hingga tiba perkataan Tuhan yang memojokkan mereka di kemudian hari, "Untuk apa kalian berbuat kerusakan, kesombongan, tipu daya, dan keserakahan, jika tempat kembali kalian hanya kepada-Ku juga?"

Allahu a'lam. Semoga Allah menjagaku dari kata-kataku.

Risalah Inspirasi;
1. The Greatest Design, Zaynur Ridwan
2. Wikipedia.org
3. Dokumen Pribadi

Friday, January 18, 2013

Rahmat Air: Ketika Kesadaran Dihentikan Realita

Mungkin terkesan antagonistik pada judul yang saya beri atas tulisan saya ini. Saya menggabungkan kata 'rahmat' dengan 'realita', padahal air merupakan 'musuh' utama kita saat ini. Tapi inilah yang saya pahami. Jakarta, yang katanya kota yang tak berhenti berdenyut, kini lumpuh tak berkutik di hadapan 'kawan lama' nya ini. Saat ini, perekonomian Jakarta benar-benar lumpuh. Mulai dari presiden sampai penghuni residen kumuh. Mulai dari pedagang asongan sampai pekerja kantoran. Mulai dari sekolahan hingga transportasi. Semuanya berhenti.

Kali ini, kesadaran publik benar-benar diberhentikan realita. Kesadaran publik benar-benar diuji. Kesadaran publik benar-benar dinanti. Air, seolah menjadi hantu yang menakutkan bagi tiap warga Jakarta.

Duh. Air.

Sepertinya, saat ini dialah yang banyak dipersalahkan. Benar?
Namun, ada yang sedikit menggelitik di benak saya jika membayangkan sebuah realita ini. Saya sangat ingat betul, beberapa bulan yang lalu, ketika musim kemarau.

Menyedihkan.

Ketika kekeringan dahulu. Aduh duh. Kekeringan dan matinya sumber-sumber air menjadi pemandangan panjang. Negeri yang termasuk memiliki curah hujan tinggi ini berkutat dengan pemanasan. Belum lagi kebakaran infrastruktur sosial maupun hutan-hutan lindung. Maka musibah banjir di satu musim dan musibah kekeringan dan kebakaran di musim lain seperti menjadi ciri utama bagi masyarakat Indonesia. Ketika banjir terjadi, saling tuding-menuding terjadi, curah hujan yang tinggi sebagai penyebab utama lah, sehingga hujan tidak dirasa sebagai rahmat Allah bagi hamba-Nya yang menghuni negeri yang amat subur ini dan sebaliknya jika kekeringan dan kebakaran terjadi Allah yang menjadi tertuduh pertama karena tertundanya turun hujan.Saling melempar kesalahan dan tanggung jawab selalu mewarnai silang sengketa masyarakat terhadap fenomena sosial yang menyedihkan ini. Lucu memang.

Lalu, sejumlah pertanyaan muncul di benak saya. Bukankah hujan adalah rahmat Tuhan? Lalu mengapa air yang dipermasalahkan? Apakah kita sendiri yang membeli bencana ini dengan maksiat yang kita perbuat? Akhir tahun kita berpesta pora bak tak ingat akhirat. Awal tahun kita merana meradang dan saling menyalahkan. Apakah Tuhan mulai bosan dengan tingkah kita yang selalu salah dan bangga dengan dosa-dosa? Atau alam mulai enggan bersahabat dengan kita? Itu kata Ebiet G. Ade. Apakah ini hukuman?

Tapi kukatakan lantang. Tidak. Tuhan tidak pernah bosan dengan kita, kekasih Tuhan.

 "Dan Kami turunkan air dari langit menurut suatu ukuran; lalu Kami jadikan air itu menetap di bumi, dan Sesungguhnya Kami benar-benar berkuasa menghilangkannya."
(QS. al-Mu'minun [23]: 18)


Hujan itu rahmat. Ya. Tapi, hati-hati ketika air menuntut haknya. Ketika air menuntut area untuk meresap, ketika air menuntut tempat untuk mengalir. Ini bukan "God Error", musibah banjir adalah murni human and social error, kesalahan manusia dan kesalahan sosial, kesalahan lingkungan sosial yang tidak akrab dengan ekosistem. Curah hujan tetaplah sebagai rahmat Allah untuk alam semesta. Sayang penghuni alam semesta ini (utamanya manusia) menolaknya dengan berbagai cara.

Paling tidak, ada beberapa 'hak' air yang dizhalimi oleh manusia;
1. Penolakan masyarakat terhadap penyerapan air hujan oleh bumi. Pembangunan infrastruktur sosial yang tidak ramah lingkungan. Penutupan (pemampetan) akibat hampir semua permukaantanah di floor dengan semen atau aspal, sehingga air hujan hanya menggenang untuk waktu yang lama tanpa mampu meresap ke dalam tanah, kecuali kalau ada celah-celah bangunan atau jalan yang rusak.

2. Penutupan dan pengalih fungsi situ-situ resapan air untuk mall dan bangunan-bangunan ekonomi kapitalistik maupun untuk komplek-komplek perumahan baru, baik elite maupun Perumnas. Hal ini mengakibatkan tidak terserapnya air hujan atau sebaliknya terjadi genangan banjir baik di tempat itu ataupun di tempat lain yang lebih rendah.

3. Kesadaran rendah terhadap arti kebersihan bagi sebuah lingkungan sosial yang sehat. Pembuangan sampah di sembarang tempat menjadi penyebab utama tersendatnya aliran air limbah maupun air hujan ke tempat semestinya, bak sampah terbesar di seluruh dunia ternyata adalah sungai-sungai di sekitar kita.

4. Salah urus pembuatan banjir kanal sebagai sistem pengaturan air yang mestinya membawa kemaslahatan ini diperparah oleh kenekatan penduduk yang beramai-ramai tinggal di kawasan bantaran sungai.

5. Penebangan dan bahkan penggundulan hutan yang membabi-buta untuk tujuan-tujuan ekonomis sesaat. Sehingga salah satu fungsi hutan sebagai tempat resapan airpun menjadi hilang dan tidak bermakna, maka daerah-daerah pedalaman pun sekarang menjadi sangat akrab dengan banjir dan bahkan dengan tanah longsor.

Saya mencoba meletakkan masalah pada tempatnya. Penghujatan kita terhadap orang lain, pemerintah, terhadap fenomena ini benar-benar menjadi tamparan bagi kita yang kesadarannya dialihkan realitas. Ingin berubah namun susah diatur. Ingin bebas banjir namun membuang sampah sembarangan. Ingin bebas macet namun egoisme mengalahkan kebersamaan, transportasi umum tak ada gunanya.

Inilah realitas tanpa kesadaran. Kita seolah hidup di dunia belantara. Primitif. Banyak impian namun tetap terlena dalam tidur panjang.

"Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)." 
(QS. ar-Rum [30]: 41) 

Menarik sekali kita mencermati penghujung ayat di atas "agar mereka kembali". Potongan ayat ini mengisyaratkan harus adanya solusi sosial atas musibah yang menimpa masyarakat (dalam hal ini musibah banjir). Menjalani kehidupan sosial yang sadar etika lingkungan alam dan lingkungan sosial serta pandai memahami ayat-ayat kauniyah yang berlaku atas alam semesta ini sebagai wujud kembali kepada kebenaran Allah Ta'ala. Perilaku sosial yang merusak harus dihentikan, siapapun pelakunya. Sikap acuh terhadap perilaku, menyimpang ini hanya akan menebar bencana demi bencana yang mungkin akan menjadi sejumlah lingkaran setan persoalan sosial yang tidak teratasi.

Kini. Kesadaran kita terhadap lingkungan selanjutnya benar-benar akan diuji. Mulailah. Karena bisa jadi, air akan kembali menuntut haknya.

Kesadaran kita akan dipertaruhkan.

Allahu a'lam.

Wednesday, January 16, 2013

Gelar: Mabuknya Pendidikan

Ah, rasa-rasanya benar-benar muak hari ini. Setelah membaca sebuah iklan tempel di kaca angkot.
Anda ingin apa?
S1....Cukup membayar 7.5 jutaan..
S2 (Magister)....Cukup membayar 17 jutaan..
S3 (Doktor)....Cukup keluarkan saja uang 26 jutaan.. Dari universitas ternama lokal maupun luar.

Saya jadi berpikir, apakah sebegitu murahnya gelar? Bagaimana dengan siswa-siswi miskin yang ditertawakan teman-temannya karena bajunya terlihat lusuh?
Bagaimana dengan cita-cita negara yang ingin mencerdaskan kehidupan bangsa?
Bagaimana dengan visi dan misi pendidikan di Indonesia? Mau dibawa kemana pendidikan negara kita? Apakah pendidikan sudah menjadi barang dagangan yang nantinya menghasilkan outputan berupa selembar sertifikat dan ijazah bukannya keahlian dan daya analitis? Dan apakah pendidikan hanya menjadi milik dan hak orang kaya saja? Apakah memang orang miskin dilarang cerdas?

Miris. Sedih. Kecewa.

Di lain sisi. Ada yang bahkan ingin kuliah saja merupakan sebuah impian besar keluarga. Ada yang hanya ingin kuliah saja, harus menabung dari sejak SLTA. Ada yang hanya ingin kuliah saja, rela mati-matian jualan apa saja asal halal. Ada yang ingin kuliah saja harus mati-matian menjual harta benda. Bagaimana, bagaimana dengan mereka?

Sakit rasanya.

Inilah potret buram masyarakat Indonesia yang memuja gelar melampaui batas. Dengan titel, seakan-akan masa depan lebih mudah. Padahal, nasib ditentukan oleh kerja keras...

Tak heran, jika kasus wakil rakyat yang melakukan jual beli gelar agar kelihatan mentereng menyeruak di mana-mana. Dan dengan kepala kosong, mereka mencoba mengkonsepsikan pemerintahan Indonesia. Apa yang terjadi? Undang-undang sekedar lobi-lobi politik dimana semuanya UUD (ujung-ujungnya duit). Tidakkah kita semua miris lihat kenyataan ini?

Lalu apa gunanya gelar kalau ternyata hanya kedok belaka?

Kita adalah Hujan...

Ah, sudah lama sekali,
Aku menyulam khayalan pada tirai hujan...

Kan kubingkai lukisan parasmu itu dalam setiap hembus nafas,
Yang kupelihara di sudut hati dengan rasa syahdu dari musim ke musim...

Ya, memang sudah lama...
Lalu mengapa?


Aku memindai sosokmu pada derai gerimis,
Hanya ingin memastikan setiap serpih mimpi kita 'tuk bersama di surga-Nya,..
Kuharap, semuanya tak segera berlalu dan sirna bersama desir angin di beranda..

Itu harapanku...

Kita adalah hujan..
Turun bersama sepi,
Panjang merintik dengan ukhuwah,

Kita adalah hujan..
Anak awan yang tak berlisan,
Megah dengan kabut,
Merona dengan dingin...

Kita adalah hujan..
Indah di hantar pelangi saat kembali di ujung waktu...

Hei ?! Ya, dikau, para pejuang...

"Percayalah, aku ada di nadimu seperti kalian yang ada di darahku,"

Ya aku tahu,

Bisikmu pelan ketika bayangmu,
Perlahan memudar dibalik rinai hujan..

Thursday, January 10, 2013

Analogi Sinergi Umat: Berjamaah Yang Mencerdaskan III

Oh, sudah edisi yang ketiga yaa? -hehe

Kita tak henti-hentinya diajak untuk terus belajar, belajar akan ilmu yang Allah sediakan meliputi langit dan bumi beserta komponen penyusunnya. Jiwa ini adalah jiwa perindu. Jiwa ini merindukan ilmu, kini jiwa ini merindukan surga.

Baiklah. Kini kita akan belajar dari lebah. Ya, lebah.

"Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: 'Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibuat manusia.' Kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan." (QS. an-Nahl [16]: 68-69)

Allah menganugerahkan kemampuan yang luar biasa pada mahluk ini. Mereka hidup dalam komunitas sosial yang teratur dan terorganisir dengan baik. Sinergi mereka saling mengokohkan. Sinergi mereka saling menguatkan. Mereka adalah kekuatan alam yang bersama, berjamaah. Jumlah koloni atau masyarakatnya antara 30.000 sampai 80.000 ekor. Ada lebah ventilator yang menjaga ventilasi sarang lebah. Mereka bertugas menjaga kelembaban sarang, yang membuat madu memiliki kualitas perlindungan tinggi. Suhu sarang harus setidaknya 35 derajat Celsius selama sepuluh bulan pada tahun tersebut. Pada kelembaban di atas atau di bawah batas ini, madu akan rusak serta kehilangan kualitas perlindungan dan gizinya.

Propolis. Adalah nama zat yang dikeluarkan lebah yang bertugas menjaga sarang dari zat-zat lain yang akan masuk. Jika ada zat asing atau serangga yang memasuki sarang, secara bersama sama lebah akan membentuk sistem pertahanan dengan mengeluarkan propolis tersebut.

Sarang yang dibangun lebah dapat menampung 80.000 lebah yang hidup dan bekerja bersama-sama. Sarang tersebut dibangun atas sarang madu berdinding lilin lebah, dengan ratusan sel-sel kecil pada kedua permukaannya. Semua sel sarang madu berbentuk segi enam sama persis, hexagonal. Menurut para ahli, pembentukan sarang dengan bentuk hexagonal seperti adalah cara yang terbaik dan efektif sebagai sebuah tempat untuk menyimpan makanan dan memelihara lebah muda. Karena setiap sisi akan terisi dan menempel pada sisi yang lainnya. Keajaiban teknik ini adalah buah pencapaian melalui kerja kolektif ribuan lebah.

MaasyaAlllah. Tak ada apapun yang mengajari mereka, kecuali Allah-lah yang telah mengilhami mereka sehingga berada dalam keteraturan seperti itu.

Oh tidak tidak. Tentu saja tidak hanya itu. Kerjasama yang harmonis juga terlihat ketika seekor lebah menemukan nektar atau cairan manis yang terdapat pada bunga. Ia akan kembali ke sarang untuk memberi tahu lebah lain. Informasi itu ia sampaikan dengan tarian. Ya, tarian yang indah. Tarian yang diulang-ulang mengandung semua informasi tentang sudut, arah, jarak, dan informasi lain tentang sumber makanan, sehingga lebah lain dapat mencapai tempat itu. Sebuah sinergi yang luar biasa!

Lebah madu dapat mengetahui kalau bunga yang ia temui telah didatangi dan diambil nektarnya lebih dahulu oleh lebah lain, sehingga ia segera meninggalkannya. Langkah ini menjadikan ia mampu menghemat waktu dan tenaganya.

Lalu, bagaimana? Bagaimana seekor lebah bisa tahu jika bung tersebut sudah diambil nektarnya?

Ini terjadi karena lebah yang mendatangi bunga terlebih dahulu menandainya dengan tetesan berbau khas. Begitu seekor lebah mengunjungi bunga yang sama, ia akan mencium bau tersebut dan mengetahui bahwa bunga tersebut sudah diambil madunya. Lagi-lagi merupakan lukisan kerja sinergi yang mengagumkan. MaasyaAllah!

Sama seperti semut (Baca: Analogi Sinergi Umat: Berjamaah Yang Mencerdaskan II), di dalam koloni lebah terdapat lebah ratu. Lebah ratu adalah pemimpin dari para lebah. Tugasnya adalah menghasilkan generasi-generasi terbaik yang akan meneruskan perjuangan mereka. Lebah jantan akan mati setelah melakukan tugasnya untuk membuahi lebah ratu.

Kehebatan Lebah;
Berjamaah itu Mencerdaskan. Berjamaah adalah sebuah keniscayaan. Sinergi dan kebersamaan adalah sebuah keteraturan. Sinergi tanpa kebersamaan akan bernilai kosong, namun kebersamaan tanpa sinergi adalah kebodohan.

Ayat 68-69 surat an-Nahl, yang saya kutip di atas, yang berbicara tentang lebah itu diakhiri dengan firman-Nya: 'Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda bagi orang-orang yang berpikir'. Kini, keputusan ada di tangan kita. Bersediakah kita berpikir lalu meneladani bagaimana lebah bersinergi? Semoga.

Allahu a'lam..

---------------------------------------------------------------------------------------------

 Daftar Pustaka;
1. Menyingkap Rahasia Akan Semesta, Harun Yahya
2. Prophetic Learning, Dwi Budianto
3. Wikipedia.org
4. Youtube.com

Sunday, January 06, 2013

Analogi Sinergi Umat: Berjamaah Yang Mencerdaskan II

Kita kembali diajak untuk terus belajar. Kita kembali diajak belajar dari ayat kauniyahnya Allah. Ya, alam semesta ini. Tidakkah engkau memikirkannya, kawanku?

Marilah kita belajar dari semut. Ya, komunitas semut. Jika kita amati, al-Qur'an memberikan perhatian khusus terhadap semut. Bahkan, surat ke-27 dalam al-Qur'an dinamai sebagai surat an-Naml yakni surat semut. Uraian tentang semut dalam al-Qur'an berkaitan dengan kehadiran Nabi Sulaiman 'alayhis-salam bersama pasukan beliau menelusuri jalan dimana terdapat banyak tempat koloni semut. Ratu semut lalu menginformasikan bahaya itu pada masyarakatnya, sebagaimana dikisahkan al-Qur'an;

"Hingga apabila mereka sampai di lembah semut berkatalah seekor semut: Hai semut-semut, masuklah ke dalam sarang-sarangmu, agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari; maka dia tersenyum dengan tertawa karena (mendengar) perkataan semut itu. Dan dia berdo'a: "Ya Tuhanku berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri ni'mat Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridhai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh."
(QS. an-Naml: 18-19)

Sejumlah pakar menjelaskan adalah komunitas yang memiliki sistem kehidupan sosial yang canggih dan terorganisir. Ada koloni yang dihuni 45.000 sarang yang saling berhubungan dalam wilayah seluas 2,7 kilometer persegi. Di dalamnya hidup sekitar 1.080.000 semut ratu dan 306.000.000 semut pekerja! Tidak ada yang mendidik mereka hingga berada dalam keteraturan itu, kecuali Allah subhanahu wa Ta'ala yang mengilhami mereka.

Sebagaimana angsa, (baca: Analogi Sinergi Umat: Berjamaah Yang Mencerdaskan), semut mengelola kehidupan koloninya melalui kerja-kerja sinergi yang luar biasa. Ada semut ratu yang bertugas dalam hal reproduksi koloni. Semut jantan yang membuahinya mati, begitu menyelesaikan tugas pembuahan.

Ada semut pekerja yang merupakan semut betina yang steril. Mereka bertugas merawat bayi-bayi semut, membersihkan dan memberi mereka makan. Jika musim paceklik, semut pekerja berubah peran menjadi pemberi makan bagi sesamanya. Mereka memberi partikel makanan yang berasal dari tubuhnya.

Ada juga semut yang bertugas membangun koloni dan menemukan lokasi tempat tinggal dan beburu. Semut kenis ini juga berperan dalam pertahanan dan keamana koloni. Jika ada burung atau predator lain yang mendekati sarang mereka, mereka mengarahkan perut menutupi sarang lubang sarang menyemprotkan zat asam ke arah burung tersebut. Sistem pertahanan lain yang dimiliki semut adalah menutup lubang sarang dengan kepala-kepala semut apabila ada bahaya yang mengancam.

Semut juga memiliki keunikan yang lain. Mereka membangun jalan-jalan panjang secara bersama-sama. Beban yang berat akan mereka bawa bersama-sama pula. Beberapa pakar juga menjelaskan bahwa kelompok-kelompok semut menentuka waktu-waktu tertentu untuk bertemu menukar makanan. Luar Biasa! MaasyaAllah!

Sinergi Semut: Perjuangan Bertahan Hidup!  

Allahu a'lam..

--------------------------------------------------------------------------

Daftar Pustaka;
1. Menyingkap Rahasia Alam Semesta, Harun Yahya
2. Prophetic Learning, Dwi Budiyanto
3. Youtube.com

Friday, January 04, 2013

Analogi Sinergi Umat: Berjamaah Yang Mencerdaskan

Mari kita belajar. Allah Subhanahu wa Ta'ala telah mengajarkan kita makna berjamaah. Berjamaah adalah sebuah keniscayaan. Sinergi adalah kunci kesuksesan membangun pribadi dan peradaban. Sadarilah bahwa hampir semua kesuksesan yang terjadi selalu menyertakan kebersamaan. Gelar adalah kiasan. Pahlawan adalah kebersamaan, bukan pribadi. Sebuah sukses besar yang dilakukan oleh seorang pahlawan senantiasa menyiratkan catatan bahwasanya ia tidak sendiri dalam perjuangannya. Pahamilah ini. Mari kita belajar dari angsa yang sering bermigrasi.

"Dan apakah mereka tidak memerhatikan burung-burung yang mengembangkan dan mengatupkan sayapnya di atas mereka? Tidak ada yang menahannya (di udara) selain yang Maha Pemurah. Sesungguhnya Dia Maha Melihat segala sesuatu."
(QS. al-Mulk [67]: 19)

Akhir-akhir ini saya sering membaca buku-buku Harun Yahya. Dan itu membuat saya termenung karena sering memikirkan bagaimana luar biasanya Allah menciptakan alam semesta beserta seluruh komponen penyusunnya. MaasyaAllah.

Harun Yahya, dalam bukunya "Menyingkap Rahasia Alam Semesta", menjelaskan bahwa ada sinergi yang dahsyat luar biasa dalam cara mereka (angsa) terbang. Mari kita perhatikan. Kawanan angsa ini selalu terbang menuju daerah yang lebih hangat dengan membentuk formasi V. Mereka bermigrasi dari daerah dingin.

Ternyata, terbang dengan formasi ini dapat menambah daya terbang mereka. Beberapa pakar menyatakan bahwa mereka mampu terbang 71 persen lebih jauh ketimbang terbang sendiri-sendiri. Dietrich O. Hummel, seorang insinyur penerbangan, telah membuktikan bahwa dengan pengaturan seperti ini, secara umum kelompok dapat menghemat energi hingga 23%. MaasyaAllah.

Jika angsa bagian depan letih, ia akan pindah ke belakang dan membiarkan angsa lainnya mendahuluinya dan mengambil alih pimpinan. Setiap kali angsa keluar dari formasinya, dia akan mengalami daya tahan udara yang besar dan kesulitan terbang sendiri. Akhirnya, ia akan kembali ke dalam formasi.

Angsa-angsa tersebut juga sering bersuara serempak saat terbang. Cara ini bertujuan memberikan semangat kepada setiap anggota kelompok dan memupuk motivasi bagi yang ada di depan. Dengan cara ini pula, ritme terbang mereka tetap terjaga. Jika kemungkinan ada salah satu angsa yang sakit atau letih dan keluar dari formasi, dua angsa lain akan mengikutinya turun. Dua angsa ini akan melindungi dan menolong angsa yang sakit dan keluar dari formasinya tersebut. Dua angsa itu akan menunggu angsa sakit itu hingga sembuh atau mati. Lalu, mereka akan segera bergabung ke dalam formasi, atau menciptakan formasi sendiri untuk menyusul angsa yang lain.

MaasyaAllah! Sungguh luar biasa cerdas! Dengan membagi arus udara akibat kepakan sayapnya, bergilir memimpin, menciptakan motivasi kelompok dan dukungan bagi yang memimpin, menjaga untuk tetap berada dalam formasi, dan menolong yang terluka.

Berjamaah yang mencerdaskan. Angsa-angsa itu mampu melakukan aktivitas berlipat-lipat ketimbang jika sendirian.

Allahu a'lam.

Tunggu seri berikutnya, Analogi Sinergi Umat: Berjamaah Yang Mencerdaskan II

Daftar Pustaka;
1. Menyingkap Rahasia Alam Semesta, Harun Yahya
2. Prophetic Learning, Dwi Budiyanto

Wednesday, January 02, 2013

Hanya Ingin Tahu Jalan ke Pasar?

Menarik. Ada sebuah kisah yang ingin saya ceritakan kepada sahabat semua.

Ada potret menarik di kalangan Shahabat Nabi. Mereka betul-betul merupakan sosok yang mandiri. Mereka lebih memilih memberi manfaat daripada mengambil manfaat dari orang lain.

Al-Bukhari meriwayatkan, tatkala kaum Muhajirin tiba di Madinah, Rasulullah mempersaudarakan mereka dengan kaum Anshar. Salah satunya, beliau mempersaudarakan Abdurrahman bin Auf dengan Sa'd bin ar-Rabi'.

Sa'd berkata kepada Abdurrahman, "Sesungguhnya aku adalah orang yang paling banyak hartanya di kalangan Anshar. Ambillah sebagian hartaku itu untukmu. Aku juga mempunyai dua istri. Maka lihatlah nama yang engkau pilih, agar aku bisa menceraikannya. Jika masa iddahnya sudah habis, maka kawinilah ia!"

Abdurrahman berkata, "Semoga Allah memberkahimu, dalam keluarga dan hartamu. Lebih baik tunjukkan saja dimana letak pasar kalian?"

Maka, orang-orang pun menunjukkan pasar Bani Qainuqa'. Tak berapa lama, Abdurrahman sudah mendapatkan sejumlah samin dan keju. Jika pagi hari tiba, dia sudah pergi ke pasar untuk berdagang.

Setidaknya, ada dua poin yang bisa kita ambil hikmahnya dari kisah ini. Pertama, menunjukkan kemurahan hati kaum Anshar terhadap saudara-saudara mereka dari kalangan Muhajirin. Mereka rela berkorban, lebih mementingkan saudaranya, mencintai, dan menyayangi mereka. Dan kalangan Muhajirin, sungguh besar kehormatan bagi mereka, karena mereka tidak mau menerima dari saudaranya, kaum Anshar, kecuali sekadar makan yang bisa menegakkan tulang punggung.

Kedua, orang-orang Muhajirin, mereka adalah sosok yang mandiri, yang tidak ingin menjadi beban bagi orang lain. Mereka akan lebih senang bekerja, daripada menerima bantuan yang tidak berumur panjang.

 --------------------------------------------------------

Itulah potret masyarakat yang berpikir, bahwa tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah. Bukan malah sebaliknya. Cara pandang seperti inilah yang bisa membuka bagi jalan hidup masyarakat yang sejahtera, di atas rata-rata. Kita sangat ingat betul pada masa Kekhalifahan Umar bin Abdul Aziz, dimana ketika itu keadaan sangat sulit mendapatkan orang-orang yang berhak menerima zakat. Umar bin Abdul Aziz berhasil membangun peradaban yang memberi, peradaban yang gemilang.

Ada lagi, masih pada zaman Umar bin Abdul Aziz, Zaid bin al-Khatab bercerita, "Umar bin Abdul Aziz hanya memegang pemerintahan selama dua tahun setengah, atau 30 bulan. Dia belum meninggal, hingga seorang laki-laki datang kepada kami dengan harta melimpah. Dia berkata 'Bagikan harta ini ke fakir miskin menurut pandangan kalian.' Kemudian laki-laki membawa harta tersebut untuk dibagikan ke fakir miskin. Dia terus mencari-cari orang yang akan menerima harta itu, tetapi tidak menemukannya. Lalu dia kembali membawa pulang harta itu. Allah telah mencukupi rakyat melalui tangan Umar bin Abdul Aziz."

Namun, era keemasan itu sudah lewat. Ia akan menjadi goresan catatan indah dalam lembaran-lembaran sejarah. Kini, ummat banyak yang menjadi pengemis, lemah secara finansial, lemah akidah, dan rapuh akhlaknya. Seperti yang digambarkan oleh Rasulullah, "Seperti buih di lautan". Buih itu diombang-ambing ombak, banyak, namun tak berkualitas.

Tugas siapa?

Tak perlu dijawab. Itu retoris bagi saya. Mulailah dengan diri sendiri.

Tuesday, January 01, 2013

2013 ?

Lagi. Dalam kesendirianku merenungi diriku. Ah, Aku jadi teringat akan pesan dari Abdullah bin Mas'ud, ia berkata;

"Aku tidak menyesali sesuatu melebihi penyesalanku terhadap suatu hari.. Jatah hidupku berkurang sementara amalku tidak juga bertambah."

Maka, jangan heran, engkau tak akan menemukanku, tak ada ucapan selamat dariku untuk 2013, tak ada hiruk-pikuk kesenangan dariku di awal 2013. Tak ada terompet. Tak ada pesta. Tak ada petasan. Tak ada kembang api. Tak ada, tak ada apapun.

Sama saja. Jatah hidupku terus berkurang, sementara, untuk alasan apalagi aku harus bersenang-senang?

Aku hanya berharap, semoga Allah menghapus dosa-dosaku di masa lalu, dan menjagaku atas nafsuku untuk bermaksiat di hadapan-Nya nanti.