English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Saturday, December 22, 2012

Teruntukmu, Ibu..

Aku ingat betul saat itu, wajah kesurgaan itu sayu memandangku, dengan penuh cinta dan kelembutan sembari memegang tanganku, ia berkata;

Kurang lebih seperti ini jika aku bahasakan dari bahasa daerahku;

"Nak, jadilah apapun yang engkau mau. Kejarlah apapun yang engkau citakan. Jadilah orang yang berguna bagi bangsa dan agamamu. Aku tak punya hak untuk menentukan masa depanmu, kamu adalah mahluk terindah yang Allah amanahkan padaku. Dan kewajibanku, ialah membesarkanmu, merawatmu, mendidik dan menjagamu. 

Masalah cita-cita, jadilah apapun yang engkau mau. Ibumu kan selalu mendukung dan mendoakanmu. Tetapi satu hal, ibu akan sangat berbangga padamu jika engkau bisa menginjakkan kaki di tanah suci.

Jadilah orang yang berguna, dan sebagai awalnya, jadilah orang yang baik pada orang-orang di sekitarmu, dan pada masyarakat.

Masalah jodoh, pun untuk masalah ini, carilah wanita manapun. Paras tak penting, tetapi pilihlah yang akhlaknya baik.

Nak, ibu tak butuh apa-apa darimu, ibu hanya ingin engkau bahagia dengan caramu sendiri."

Aahh, begitulah yang dapat kurekam, yang terpatri takkan pernah terlupakan. Aku memang tak bisa berkata apapun saat itu, selain hanya mencoba menahan dentuman perasaan, sembari memeluknya.

Ibu, lihatlah anakmu ini. Terima kasih. Simpan air matamu sekarang, simpanlah itu nanti, saat aku telah menggenggam matahariku. Sebagai tanda bahwa aku tahu itu bukan tangisan kesedihan, melainkan tangis kebahagiaan.

Aku tahu, satu tindakan nyata mampu meruntuhkan seribu perkataan.

0 comment(s):

Post a Comment